Pages

Pengurus DPD BKPRMI Kota Makassar

Dokumentasi bersama Pengurus Periode awal Mudzakkir Ali Djamil.

Selamat dan Sukses

Musyawarah Daerah DPD BKPRMI Kota Makassar ke - 9.

Mudzakkir Ali Djamil

Terpilih kembali untuk periode ke dua dengan musyawarah mufakat.

Fasi ke-7 di Bone

Festival Anak Saleh Indonesia ke-7 diadakan di Bone Sulawesi Selatan.

Dokumentasi FASI KE-7 Bone

Juara Umum direbut tuan rumah DPD BKPRMI Bone.

Rabu, 25 Januari 2012

BKPRMI Makassar Rekrut 1000 Brigade Masjid


TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - DPD Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Makassar akan menggelar perekruran 1.000 brigade masjid di Makassar, Februari 2012 mendatang.

Sebanyak 1.500 remaja usia 17 tahun hingga 25 tahun akan direktur. Mereka berasal dari 300-an masjid dan setiap masjid akan mengutus lima remaja.

Ketua DPD BKPRMI Kota Makassar Mudzakkir Ali Djamil mengatakan, brigade ini nantinya menjadi relawan bencana, tenaga pengamanan saat perayaan hari besar Islam, dan relawan pemberdayaan masyarakat.

"Pada perekturan ini, kami menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah, SAR, dan lembaga yang bergerak pada bidang bencana. Orang yang ahli dalam penanganan bencana itu yang akan melatih brigade. Jadi, brigade tak hanya mengurusi masjid, namun juga mengurusi masyarakat," kata Sekretaris DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Makassar ini, Rabu (28/12/2011).

Pelatihan untuk perekrutan ini akan berlangsung selama tiga hari. Pelatihan ini dalam bentuk pelatihan fisik dan mental.

Mudzakkir mengatakan, di Makassar rawan terjadi bencana. Bencana tersebut meliputi kebakaran, banjir, dan badai. Saat ini Makassar masih kekurangan relawan bencana.

"Kami ingin membeli sesuatu yang lebih kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan saat terjadi bencana," tambahnya.(*)

Senin, 09 Januari 2012

Kisah Cinta di Balik Bentrok Syiah Madura



TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi penyerangan warga Syiah di kompleks pesantren Misbahul Huda di Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang, Madura oleh warga Sunni tidak melulu dilatarbelakangi perbedaan pandangan agama. Terselip, sebuah cerita cinta masa lalu yang berbuntut sengketa berdarah.

Tajul Malik pengelola pesantren Misbahul Huda menuding adik kandungnya , Roisul Hukama, sebagai otak di balik penyerangan. Penyebabnya: dendam lama. Muslika yang kini mendekam di tahanan, menurut Tajul, bukan siapa-siapa. “Tak ada warga Nangkernang bernama Muslika,” katanya kepada Tempo. Iklil Hilal, sang abang, juga melihat Roisul ada di tengah-tengah massa ketika mereka mulai berkelimun di depan pesantren. “Tapi saat massa mulai menyerang, ia tak kelihatan,” ujarnya.

Menurut Tajul, kemarahan Roisul kepada dirinya disebabkan persoalan sepele: perempuan. Pada 2009, Abadul Latif, seorang santri di pesantren Misbahul meminta Tajul meminang seorang gadis bernama Halimah, yang belum lulus sekolah dasar. Gadis itu ternyata menyantri di pesantren yang diasuh Roisul, yang berjarak sekitar 500 meter di utara Misbahul. Tanpa bilang-bilang Roisul, Tajul meminangkan Halimah untuk Latif.

Setelah pertunangan terjadi, Roisul melabrak Tajul. “Ini sama saja merebut istri saya,” kata Tajul menirukan ucapan Roisul kala itu. Belakangan diketahui, Roisul menyukai Halimah dan hendak memperistrinya. Membereskan persoalan ini, Roisul pun memanggil orang tua Halimah. Tapi Tajul melarang orang tua si gadis untuk menemui Roisul. “Saya tahu Roisul kasar,” ujar Tajul. Sejak itulah Roisul keluar dari Syiah dan kembali ke Sunni. Sejak itu pula Rois gencar menjelek-jelekan Syiah.

Dikonfirmasi soal ini, Roisul membantah persoalan Syiah di Nangkernang belakangan ini disebabkan masalah pribadi. Ia menuding insiden insiden pembakaran properti Syiah pada pengujung Desember lalu disebabkan sepak terjang Tajul sendiri. “Ia terlalu keras berdakwah sehingga merusak budaya warga Sunni yang mayoritas,” katanya. “Metode dakwah Tajul keliru.”

Dua saudara ini adalah anak seorang kiai bernama Makmun di Nangkernang. Sang kiai getol mempelajari agama lewat Al-Quran dan kitab-kitab kuning. Suatu ketika, pada awal 1980-an, Kiai Makmun dikirimi sebuah surat kabar Iran oleh sahabatnya di sana. “Dari situlah Kiai Makmun mengenal imam besar Syiah Iran, Ayatollah Khomeini,” kata Iklil. Kiai Makmun tak lain dari ayah Iklil (kini 41 tahun), Tajul (40), Roisul (39), dan Heni (37).

Mengagumi sosok Khomeini, Makmun lantas mengirim keempat anaknya ke Pesantren Yayasan Pesantren Islam di Bangil, Pasuruan, pada 1983. Pesantren ini memang dikenal beraliran Syiah. Pada 1991, anak-anak Makmun telah kembali Sampang. Dari keempat anaknya, hanya Tajul yang melanjutkan sekolah di Arab Saudi pada 1993. Terkendala biaya, sekolah Tajul berhenti di tengah jalan. Ia banting setir jadi pekerja serabutan dan menetap di sana hingga 1999.

Pulang ke Sampang, Tajul yang bernama asli Ali Murtadha ini tak lekas membuka pesantren. “Saya dagang sembako dan berbagai kebutuhan petani,” katanya. Mengetahui pernah berguru agama hingga di Saudi, sejumlah warga meminta Tajul untuk mengajari anak mereka agama. Pada 2004, Tajul merintis pesantren Misbahul Huda. Di sana, ia mengajarkan Islam ala Syiah yang dianutnya. Seiring berkembangnya Misbahul, pengaruh Tajul pun meluas.

Pengaruh Tajul di masyarakat rupanya menimbulkan kecemburuan. Pada 2006, gesekan mulai terjadi. Sejumlah tokoh masyarakat Nangkernang, terutama kiai yang beraliran Ahlu Sunnah Wal Jamaah atau Sunni, mulai menuding Syiah sesat. Namun protes itu belakangan reda sendiri, warga mulai melupakan soal Syiah. Puncaknya pada April 2007, ketika acara Maulid Nabi yang hendak digelar di Misbahul Huda dihadang ribuan warga. Di luar itu, pada 2007, Tajul dan Roisul dilantik sebagai pengurus Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia wilayah Sampang.http://bkprmi-makassar.blogspot.com/2012/01/kisah-cinta-di-balik-bentrok-syiah.html

Masjid Digambari Bintang Yahudi, Warga Kanada Marah



KAIRO - Sebuah masjid di provinsi terbesar Quebec di Kanada telah dirusak oleh kelompok yang diduga anti-Arab. Penghinaan dilakukan dengan menggambar dengan cat semprot Bintang David atau bintang Yahudi di pintu masjid tersebut. Tak ayal, hal ini mendapat kecaman dari warga Kanada. "Ini semacam kefanatikan, dan ini tidak memiliki tempat di Kanada," kata Menteri Imigrasi, Jason Kenny, CTV melaporkan.



Serangan itu terjadi beberapa hari setelah orang tak dikenal menyerang masjid dengan menghancurkan jendela-jendelanya. "Setiap tindakan vandalisme yang menyedihkan. Tapi vandalisme terhadap rumah ibadah iman apa pun sangat pengecut dan penuh kebencian, "kata Kenny.

"Pemerintah kami sangat mengutuk serangan-serangan keji yang telah meneror seluruh masyarakat," kata Kenny.

Ia juga menambahkan,"Pemerintah kami sangat terganggu oleh tindakan individu yang menunjukkan rasa kebencian. Kanada diakui sebagai negara yang damai dan toleran, di mana orang-orang dari seluruh dunia bercita-cita untuk hidup. " tambahnya.

Perdana Menteri Stephen juga mengutuk "serangan keji" dalam sebuah pernyataan di Prancis."Anggota masjid telah meminta bantuan dalam pendanaan infrastruktur dan proyek-proyek keamanan dan telah menerima dana dari pemerintah kita," kata Harper.

"Insiden ini tidak hanya merupakan penghinaan terhadap sekitar 4.000 Muslim di daerah Gatineau, tetapi juga merupakan kemarahan bagi semua warga Kanada yang menghargai keragaman dan kehormatan," kata Frank Diamant, ketua kelompok Yahudi B'nai B'rith Kanada .

Meski begitu, imam masjid menilai serangan itu tidak mencerminkan permusuhan anti-Islam yang luas di Kanada."Ini tidak mencirikan Kanada. Kita hidup damai bersama mereka," kata imam Nabil Bouzoubaa.

Serangan itu merupakan yang keempat kali pada masjid dalam enam bulan terakhir."Hal ini diklasifikasikan sebagai kejahatan rasial," kata Guy Berthelotte, wakil kepala polisi Gatineau.Serangan masjid cepat dikutuk oleh kelompok-kelompok Yahudi dan Muslim di negara itu.
sumber: REPUBLIKA.CO.ID

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...